Makalah
Pancasila dan
Permasalahan Aktual
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Pancasila
Kelas
: MI C ( Regular A )
Dosen
Pengampu: Rika Bherta, M.H
Disusun oleh :
1.
Afan Supratama (1823072)
2.
Agung Trilaksono (1823073)
3.
Fitri Fadriyah (1823086)
4.
Laras Widi Astuti (1823091)
5.
Suri Kusuma Ningsih (1823101)
6.
Tomi Lesmanto (1823104)
PROGRAM STUDI MENEJEMEN INFORMATIKA
AMIK AKMI BATURAJA
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menghadirkan makalah yang sangat sederhana ini. Adapun penyajian materi yang
kami sajikan adalah berdasarkan sumber-sumber yang kami anggap baik.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah agar
kita semua dapat memahami tentang Pancasila dan Permasalahan Aktual.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan masukan-masukan saran
yang sangat berarti bagi kami, sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Segala bentuk kritik dan
saran yang bersifat membangun, kami terima dengan senang hati demi menutupi
kekurangan yang kami dimiliki.
Kami berharap dengan
adanya makalah ini, bisa bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan yang
kita miliki terutama tentang Pancasila dan Permasalahan Aktual..
Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas segala perhatiannya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Baturaja, 12 Desember
2018
Penyusun
( )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1
Pendahuluan..................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 1
BAB II
Pembahasan...................................................................................................... 2
Pancasila dan
Permasalahan actual................................................................... 2
1.
Pancasila dan permasalahan Sara.......................................................... 2
2.
Pancasila dan permasalahan HAM....................................................... 4
3.
Pancasila dan Krisis Ekonomi.............................................................. 7
BAB III
Penutup............................................................................................................. 9
Kesimpulan....................................................................................................... 9
Saran................................................................................................................. 9
Daftar Pustaka.................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila
merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal dari ajaran budha
dalam kitab tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila yang berarti
dasar. Jadi secara leksikal Pancasia bermakna lima aturan tingkah laku yang
penting.
Indonesia merupakan salah satu
negara yang tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau
dari suku, agama, ras, dan golongan.
Hak asasi manusia menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah hak yang melekat pada kemanusiaan, yang
tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya manusia.
Krisis ekonomi semula berawal dari
perubahan kurs dolar yang begitu tinggi, kemudian menjalar ke krisis ekonomi,
dan akhirnya krisis kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Pancasila dan
Permasalahan Sara
2.
Apa yang dimaksud dengan Pancasila dan
Permasalahan HAM?
3.
Apa yang dimaksud dengan Pancasila dan
Krisis Ekonomi?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka
dapat diketahui tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui yang
dimaksud dengan Pancasila dan Permasalahan Sara.?
2.
Mengetahui yang dimaksud dengan Pancasila
dan Permasalahan HAM?
3.
Mengetahui yang dimaksud dengan Pancasila
dan Krisis Ekonomi?
BAB
II
PEMBAHASAN
PANCASILA
DAN PERMASALAHAN AKTUAL
I.
PANCASILA DAN PERMASALAHAN SARA
Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horisontal.
Konflik vertikal misalnya antara si kuat dengan si lemah, antara penguasa
dengan rakyat, antara mayoritas dengan minoritas, dan sebagainya. Sementara itu
konflik horisontal ditunjukkan misalnya konflik antarumat beragama, antarsuku,
antarras, antargolongan dan sebagainya. Jurang pemisah ini merupakan potensi
bagi munculnya konflik.
Data-data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama, ras, dan golongan. Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan bangsa, namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pada prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas, heterogenitas atau pluralitas kenyataan dan pandangan. Artinya segala sesuatu yang mengatasnamakan Pancasila tetapi tidak memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal.
Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama, Sila ke-3 Pancasila secara eksplisit disebutkan “Persatuan Indonesia“. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama. Ketiga, Pasal-Pasal UUD 1945 tentang Warga Negara, terutama tentang hak-hak menjadi warga negara. Keempat, Pengakuan terhadap keunikan dan kekhasan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat dalam penjelasan UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan daerah, (2) Penjelasan Pasal 32 UUD 1945 tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan penerimaan atas budaya asing yang sesuai dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah. Kiranya dapat disimpulkan bahwa secara normatif, para founding fathers negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas pemerintahan daerah, kebudayaan, bahasa dan lain-lain. Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi kejayaan bangsa.
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan paham yang mengakui adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya dalam satu wadah ke-indonesiaan. Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari paham ini adalah berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan membawa risiko sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di dalam tri prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran tentang toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai agama, adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat
II.
PANCASILA DAN PERMASALAHAN HAM
Hak asasi manusia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah hak yang melekat pada kemanusiaan, yang tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya manusia. Dengan demikian eksistensi hak asasi manusia dipandang sebagai aksioma yang bersifat given, dalam arti kebenarannya seyogianya dapat dirasakan secara langsung dan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut (Anhar Gonggong, dkk., 1995:60).
Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks, setidak-tidaknya ada tiga masalah utama yang harus dicermati dalam membahas masalah HAM, antara lain: Pertama, HAM merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan, karena (1) topik HAM merupakan salah satu di antara tiga masalah utama yang menjadi keprihatinan dunia. Ketiga topik yang memprihatinkan itu antara lain: HAM, demokratisasi dan pelestarian lingkungan hidup. (2) Isu HAM selalu diangkat oleh media massa setiap bulan Desember sebagai peringatan diterimanya Piagam Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum PBB tanggal 10 Desember 1948. (3) Masalah HAM secara khusus kadang dikaitkan dengan hubungan bilateral antara negara donor dan penerima bantuan. Isu HAM sering dijadikan alasan untuk penekanan secara ekonomis dan politis.
Kedua, HAM sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan partikularisme. Paham universalisme menganggap HAM itu ukurannya bersifat universal diterapkan di semua penjuru dunia. Sementara paham partikularisme memandang bahwa setiap bangsa memiliki persepsi yang khas tentang HAM sesuai dengan latar belakang historis kulturalnya, sehingga setiap bangsa dibenarkan memiliki ukuran dan kriteria tersendiri.
Ketiga, Ada tiga tataran diskusi tentang HAM, yaitu (1) tataran filosofis, yang melihat HAM sebagai prinsip moral umum dan berlaku universal karena menyangkut ciri kemanusiaan yang paling asasi. (2) tataran ideologis, yang melihat HAM dalam kaitannya dengan hak-hak kewarganegaraan, sifatnya partikular, karena terkait dengan bangsa atau negara tertentu. (3) tataran kebijakan praktis sifatnya sangat partikular karena memperhatikan situasi dan kondisi yang sifatnya insidental.
Pandangan bangsa Indonesia tentang Hak asasi manusia dapat ditinjau dapat dilacak dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, Tap-Tap MPR dan Undang-undang. Hak asasi manusia dalam Pembukaan UUD 1945 masih bersifat sangat umum, uraian lebih rinci dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, antara lain: Hak atas kewarganegaraan (pasal 26 ayat 1, 2); Hak kebebasan beragama (Pasal 29 ayat 2); Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1); Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28); Hak atas pendidikan (Pasal 31 ayat 1, 2); Hak atas kesejahteraan sosial (Pasal 27 ayat 2, Pasal 33 ayat 3, Pasal 34). Catatan penting berkaitan dengan masalah HAM dalam UUD 1945, antara lain: pertama, UUD 1945 dibuat sebelum dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, sehingga tidak secara eksplisit menyebut Hak asasi manusia, namun yang disebut-sebut adalah hak-hak warga negara. Kedua, Mengingat UUD 1945 tidak mengatur ketentuan HAM sebanyak pengaturan konstitusi RIS dan UUDS 1950, namun mendelegasikan pengaturannya dalam bentuk Undang-undang yang diserahkan kepada DPR dan Presiden.
Masalah HAM juga diatur dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Tap MPR ini memuat Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia serta Piagam Hak Asasi Manusia.
Pada bagian pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia, terdiri dari pendahuluan, landasan, sejarah, pendekatan dan substansi, serta pemahaman hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia. Pada bagian Piagam Hak Asasi Manusia terdiri dari pembukaan dan batang tubuh yang terdiri dari 10 bab 44 pasal.
Pada pasal-pasal Piagam HAM ini
diatur secara eksplisit antara lain:
1. Hak untuk hidup
2.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3.
Hak mengembangkan diri
4.
Hak keadilan
5.
Hak kemerdekaan
6.
Hak atas kebebasan informasi
7.
Hak keamanan
8.
Hak kesejahteraan
9.
Kewajiban menghormati hak orang lain dan kewajiban membela Negara
10. Hak perlindungan dan pemajuan.
Catatan
penting tentang ketetapan MPR tentang HAM ini adalah Tap ini merupakan upaya
penjabaran lebih lanjut tentang HAM yang bersumber pada UUD 1945 dengan
mempertimbangkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
III. PANCASILA DAN KRISIS EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa Orba ternyata tidak berkelanjutan karena terjadinya berbagai ketimpangan ekonomi yang besar, baik antargolongan, antara daerah, dan antara sektor akhirnya melahirkan krisis ekonomi. Krisis ini semula berawal dari perubahan kurs dolar yang begitu tinggi, kemudian menjalar ke krisis ekonomi, dan akhirnya krisis kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.
Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain oleh tidak diterapkannya prinsip-prinsip ekonomi dalam kelembagaan, ketidak- merataan ekonomi, dan lain-lain. yang juga dipicu dengan maraknya praktek monopoli, Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme oleh para penyelenggara Negara.
Sistem ekonomi Indonesia yang mendasarkan diri pada filsafat Pancasila serta konstitusi UUD 1945, dan landasan operasionalnya GBHN sering disebut Sistem Ekonomi Pancasila. Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Sistem Ekonomi Pancasila antara lain: mengenal etik dan moral agama, tidak semata-mata mengejar materi. mencerminkan hakikat kemusiaan, yang memiliki unsur jiwa-raga, sebagai makhluk individu-sosial, sebagai makhluk Tuhan-pribadi mandiri. Sistem demikian tidak mengenal eksploitasi manusia atas manusia, menjunjung tinggi kebersamaan, kekeluargaan, dan kemitraan, mengutamakan hajat hidup rakyat banyak, dan menitikberatkan pada kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran individu.
Sistem ekonomi Pancasila dibangun di atas landasan konstitusional UUD 1945, pasal 33 yang mengandung ajaran bahwa (1) Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; (2) Seluruh warga masyarakat bertekad untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan adanya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial; (3) Seluruh pelaku ekonomi yaitu produsen, konsumen, dan pemerintah selalu bersemangat nasionalistik, yaitu dalam setiap putusan-putusan ekonominya menomorsatukan tujuan terwujud-nya perekonomian nasional yang kuat dan tangguh; (4) Koperasi dan bekerja secara kooperatif selalu menjiwai pelaku ekonomi warga masyarakat. Demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; (5) Perekonomian nasional yang amat luas terus-menerus diupayakan adanya keseimbangan antara perencanaan nasional dengan peningkatan desentralisasi serta otonomi daerah. hanya melalui partisipasi daerah secara aktif aturan main keadilan ekonomi dapat berjalan selanjutnya menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan paham yang mengakui adanya pluralitas
kenyataan, namun mencoba merangkumnya dalam satu wadah ke-indonesiaan. Kesatuan
tidak boleh menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas tidak
boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari paham ini adalah
berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan pandangan ini
perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan membawa
risiko sosial politik yang tinggi.
Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks,
setidak-tidaknya ada tiga masalah utama yang harus dicermati dalam membahas
masalah HAM, antara lain: Pertama, HAM merupakan masalah yang sedang hangat
dibicarakan, HAM selalu diangkat oleh media massa setiap bulan Desember sebagai
peringatan diterimanya Piagam Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum PBB tanggal 10
Desember 1948.
Sistem ekonomi Indonesia yang
mendasarkan diri pada filsafat Pancasila serta konstitusi UUD 1945, dan
landasan operasionalnya GBHN sering disebut Sistem Ekonomi Pancasila.
B.
Saran
Kita ketahui tiada manusia yang
sempurna diciptakan di dunia ini oleh Tuhan. Begitu pula dengan
makalah ini masih banyak kekeurangan. Untuk itu harapan kami
kedepan adalah:
·
Makalah ini hanya membahas tentang singkat
Pancasila dan permasalahan aktual, untuk itu perlu diadakan lagi makalah yang lebih
kompleks.
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:
Posting Komentar